Sabtu, 27 November 2010

Jam Kritis di Angkot Gratis

Mungkin ini sering dialami temen-temen juga. Terutama saat-saat jam kritis. Salah satunya jam 07.45
“Sebentar sih, gue kan ga bisa masuk nie”
“Tunggu dulu, gue dulu yang masuk”
“Aduh,,aduh tas gue ketarik-tarik”
sambil marah-marah sering terdengar seseorang menggerutu saat dia tak bisa masuk karena dirinya sudah terdorong bejibun orang yang ada di belakangnya untuk masuk naik angkot gratis karena satu pintu angkot dimasuki sampai tiga orang. Tak ada yang mau mengalah. Kalimat yang dilontarkan orang itu pun tak dihiraukan dan yang lainnya terlihat masa bodoh saja. Ibaratnya siapa yang kuat dia dapat.

Terkadang bejibun orang masuk, hingga banyak orang yang baru menyadari bahwa dia tidak kebagian tempat duduk yang akhirnya menyerah saja dan duduk dibawah “yang penting nyampe” lontarnya sambil ketawa.

Terlihat dari jauh beberapa orang yang datang bersamaan, hingga mereka harus terpisah diangkot gratis karena sebagian dari mereka tidak bisa masuk angkot itu karena ketatnya persaingan untuk masuk, terpaksa harus tereliminasi. Sampai terlontar dari mereka kata2 seperti akan berpisah “dadah”,, hmm..layaknya acara Indonesia Idol yang salah satu pesertanya tereliminasi.

Atau ada sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang berpegangan tangan, kemudian mereka masuk ke dalam angkot itu secara bersamaan, dan tanpa mereka sadari angkot sudah penuh dan hanya satu kursi yang kosong, hmm…terpaksa salah satu dari mereka harus duduk dibawah, terdengar obrolan dari keduanya yang saling ingin mengorbankan dirinya untuk duduk di bawah.hehe

Sering terjadi saat semuanya saling mendahului untuk masuk dan satu orang sudah bersiap-siap untuk masuk, memegang pintu angkot, tapi sayang sekali kuota tidak mencukupi yang akhirnya bengong dan hanya bisa menutupkan pintu angkot itu dan angkotpun jalan. Terlihat diwajahnya begitu memelas. (hanya bisa menutupkan pintu angkot) (beramal tak disengaja).
Kadang-kadang tiba-tiba pintu angkot itu tak bisa ditutup sehingga harus terus dipegang. otomatis yang paling terakhir yang harus megang pegangan pintu angkot itu karena yang paling dekat dengan pintu itu hingga sampai saya tiba di fakultas saya pun (coba bayangin dari gerbang, muter ke fisip, sastra, fikom sampai farmasi) dia masih megang pintu itu karena fakultasnya lebih jauh dari yang lain sedangkan di dalam angkot itu belum ada yang turun.

Terdengar dua orang bapak-bapak yang sering ngatur-ngatur angkot itu:
“De, Ayo, minggir-minggir…kasihan yang pertama kali datang”, tapi sepertinya kata-kata itu sudah sangat kebal.

Atau kata-kata tukang angkot yang sering terdengar “Pelan-pelan de, biarkan masuk dulu satu-satu”,,hmm…malah diatur-atur sama tukang angkot. Bukannya katanya mahasiswa itu lebih berintelek?? Tapi kata-kata itu pun sepertinya sudah kebal layaknya antibiotik yang yang tak berguna lagi karena bakteri sudah resisten.

Semua saling mendorong...Hingga saya baru merasakan naik angkot yang tak perlu memakai tenaga. Tak perlu berusaha berjalan karena toh saya terdorong dari belakang dari kerumunan-kerumunan orang yang berusaha untuk masuk hingga saya bisa duduk di kursi angkot gratis itu dengan tenang. Sungguh begitu kaget sebelumnya. Hingga terkadang saya lebih memilih menyerah saja dan lebih baik jalan kaki atau naik ojeg.

Tak ada kata Mengantri disini

Tetapi terkadang sering mengherankan juga saat angkot masih kosong karena baru sedikit mendekati jam kritis, angkot pun berseliweran dan hanya mengangkut beberapa penumpang saja, 4 orang sering kejadian seperti ini hmm..terdengar pertanyaan dari samping yang sama-sama akan naik nagkot itu “apakah malas untuk berhenti? Karena mau ngangkut penumpang atau tidak pun sama saja, toh sekarang uang gaji pun sudah tertulis di kuitansi di Unpad”. Atau prasangka baik mungkin angkot itu tak bisa di rem.

Teringat saat menjadi mahasiswa baru Unpad, tarif angkot di Unpad 700 rupiah dan jarang sekali mendengar orang berkata “terima kasih mang”, hanya beberapa orang saja. Berbeda dengan sekarang, sepertinya lebih dari 10 kali saya mendengar “terima kasih mang” saat saya naik angkot gratis. Tetapi Jarang sekali saya mendengar kalimat itu di angkot biasa misalnya angkot sumedang yang umumnya penumpangnya mahasiswa Unpad yang mengantarkan Jatinangor-Sumedang, atau Jatinangor-Jatos, atau Jatinangor-Cileunyi. Hmm..angkot gratis membuat orang menjadi lebih pemurah.
Jam kritis di angkot gratis,,,yang membuat sepatu putih menjadi hitam seketika karena terinjak-injak bejibunan orang,,atau membuat rumput-rumput taman yang begitu pasrah terinjak-injak atau membuat kerudung lepas dari yang memakainya karena tertarik-tarik, sepatu yang tertinggal sebelah saat naik angkot, tas yang lepas dari orang yang memakainya, yang membuat regulasi emosi setiap orang begitu terlihat jelas,,bahkan membuat orang menjadi begitu pemurah dengan lebih sering mengatakan “terima kasih mang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar