“Geser dikit mbak” kata seorang laki-laki yang ada di samping tempat duduknya disebuah angkot. Laki-laki tersebut terus mepet.
“Mbak, maaf, bisa bukain jendelanya? Gerah nie” kata laki-laki itu.
Seorang perempuan (sekitar 20 tahun) duduk disampingnya. “wah ini modus nie” lirih perempuan itu dalam hati yang telah menyadari bahwa modus ini sering terjadi di angkot-angkot saat copet beraksi. Laki-laki itu terus mepet hingga seorang perempuan itu terpancing emosinya dan lupa akan modus copet itu. “Bentar dulu sih!” kata perempuan itu sambil membuka jendela angkot itu.
Dan memang benar, secepat kilat copet itu mengambil Hp seorang perempuan itu dari dalam tasnya saat perempuan itu membuka jendela angkot.
Saat kembali ke posisi semula, antara sadar dan tidak sadar, perempuan itu melihat gantungan panjang di hpnya sekelibat terlihat keluar dan terus menghilang, tanpa melihat ke dalam tas yang dibawanya dan meski agak ragu, perempuan itu langsung berbicara dengan laki-laki yang ada di sampingnya itu.
“Mana ih Hp saya, sini kembalikan” kata perempuan itu.
“Apa?” kata orang itu.
“itu Hp saya kembalikan” dengan nada memelas.
“Apa?”
“Itu Hp saya, sini kembalikan”
“Apa? saya ga tau apa-apa”
“ih nggak mau, Itu Hp saya, sini kembalikan” Sambil terus menatap laki-laki itu, perempuan itu terus memelas.
“Nih” akhirnya lelaki itu mengeluarkan sebuah handphone yang memang handphone perempuan itu.
Karena merasa takut, akhirnya perempuan itu turun dari angkot, sambil membisikkan ke penumpang yang disebelahnya “Awas copet!”.
Terlihat wajah laki-laki itu malu karena dilihat penumpang lainnya sekaligus marah kepada perempuan muda itu.
Kejadian lain. Seorang perempuan dengan Hp baru ditangannya. Terdengar kata-katanya “ga kebayang deh kl hp gue ilang” kata perempuan itu.
Beberapa bulan kemudian, terdengar berita bahwa Hpnya yang sempet dibicarakan itu hilang, katanya tak tahu apakah jatuh atau lupa nyimpen atau memang diambil orang, Yang pasti begitu kalutnya perempuan itu, menangis..dan menangis,,,mencari terus kemana-mana hingga larut malam,,saat mengingatnya terus menangis dan terus menangis, sampe akhirnya baru stabil sekitar 4 hari.
Kejadian lainnya. Ada 2 orang perempuan. Mereka sahabat dekat. Salah satu perempuan itu sebut saja namanya A mengunjungi rumah perempuan yang satunya, sebut saja namanya B. Saat itu, di rumah B ada anak-anaknya yang masih kecil, dan adiknya yang kurang penglihatannya (penglihatannya kabur). Mereka Bercerita-cerita, masak dan makan bareng, hingga pergi jalan-jalan. Begitu sangat dekat. Saat mereka sudah beres jalan-jalan, A pergi ke kamar mandi untuk mandi dengan melepas perhiasan yang dipakainya itu.
Beberapa menit setelah itu, A dan B pergi mengunjungi tetangga-tetangga lain. Saat di rumah tetangganya itu, A baru menyadari bahwa perhiasan-perhiasan yang dipakainya itu tertingal di kamar mandi. Segera mereka kembali ke rumah B. tapi sayang sekali, semua perhiasan itu sudah tidak ada. A langsung shock melihat semua perhiasannya hilang. Dia langsung bertanya pada B. A langsung marah pada B, begitu pedas cacian yang dilontarkan A pada B, mulai dari menyindir sampai keluar kata pencuri pada B. Hingga terlihat seperti tak ada kata persahabatan sebelumnya. B tampak bingung karena semenjak A ke kamar mandi B sudah menunggu di luar siap-siap untuk pergi. Kemungkinan yang terjadi bisa saja A lupa perhiasannya itu sudah dia bawa tetapi lupa menyimpannya, atau terbawa air saat adiknya B ke kamar mandi, karena penglihatan adiknya B begitu kabur bahkan hampir tidak bisa melihat, atau memang B yang mengambilnya. Tetapi A tidak mau berpikir keman-mana yang dia ucapkan hanya menyalah-nyalahkan B. Tanpa permisi, A langsung pulang ke rumahnya hingga terlontar dari ucapannya bahwa dia tak mau bertemu lagi dengan B dan tidak akan pergi ke rumah B lagi. Sekejap, persahabatan yang selama ini terjalin itu sirna meski fakta yang sebenarnya tak tahu.
Begitu banyak kasus pencurian yang sering kita dengar. Dari mulai pencurian ayam, sapi, motor, mobil, perhiasan, hingga pencurian jagung di kebun. Saat pencuri itu ketahuan tak jarang saling menghardik, atau diadili di pengadilan, ditembak polisi, dikeroyok massa hingga cedera atau cacat, atau bahkan hingga meninggal karena ditikam masa dengan alasan mencuri ayam, bebek, dsb. Begitu sering terdengar di berita. Mulai dari berita dari obrolan orang ke orang hingga berita dari televisi. Bahkan saat kita browsing berita harian di internet, tak terlewatkan berita pencurian dari yang menimbulkan perpecahan persaudaraan sampai menimbulkan korban, baik si pencuri atau yang dicuri.
Tetapi ada yang beda dengan kasus pencurian ini.
Seorang laki-laki sebut saja namanya Arbi. Dia pergi ke suatu tempat dan di mushola tempat itu lah dia kehilangan Hpnya, setelah sholat, dia lupa membawa Hpnya, dan baru menyadari setelah keluar dari mushola itu, dia langsung kembali lagi ke mushola. Disana ada seorang petugas cleaning service. Saat Arbi tanyakan kepada lelaki itu karena dialah satu-satunya orang yang ada disana setelah Arbi keluar, laki-laki itu menjawab bahwa dia tidak melihat Hpnya arbi itu. Arbi pun cerita kepada salah satu temannya yang bekerja disana. Akhirnya temannya mengumpulkan semua pegawai disana, ditanya satu per satu tetapi tidak ada yang mengaku.
Kemudian Arbi pulang dan hari berikutnya temannya itu menyelidiki siapa yang mengambil Hp Arbi.
Ternyata orang yang mencuri itu memang benar. Seorang cleaning service. sederhana dan bukan termasuk golongan orang yang kurang pada kenyataannya.
Sempet saya bertanya, “nah setelah arbi tw kehidupan dia, arbi merelakan Hp itu?”
“simple, hape itu kan buka punya saya..rezki manusia it sama seperti air digelas. Gak bertambah dan gak berkurang. Dan tergantung kita mau ngambil air itu bagaimana. Lewat cara halal atau haram. Seyogyanya manusia gak akan meninggal hingga semua nikmat untuknya tersampaikan semua...Jadi saya menikmati saja setetes demi setetes air itu. mungkin hp itu 'air'nya org itu, so, seyogyanya air saya gak berkurang” sambungnya.
Begitulah pemikiran Arbi hingga dia berfikiran bahwa dia tidak mau petugas cleaning service itu harus kehilangan pekerjaannya karena gara2 ‘mungkin’ dia pingin hp itu. Karena Arbi tahu, kalau dia minta, pasti orang itu akan diusut oleh teman Arbi yang bekerja disana dan efeknya petugas cleaning service itu bisa dipecat.
“dan siapa tau aza next time dgn gak adanya pengalaman buruk antara saya sama petugas cleaning service itu, bisa terjalin kekeluargaan” sambungnya.
Tidak mengusutnya bukan berarti Arbi berpikiran bahwa dia membiasakan seseorang untuk mencuri. Dia sempet beberapa kali ngirim SMS ke nomor Hp yang dicurinya itu. Bukan sms yang berisi kata-kata “kemabalikan Hp saya…kembalikan Hp saya” yang mungkin sering terjadi saat seseorang kehilangan Hpnya. Tidak dengan Arbi. Dia mengirim SMS untuk hanya minta nomor2 Hp yang ada di phone book hp itu, dan bahkan sempat menawarkan untuk memberi charger dan dus Hp untuk menjadi milik pencuri itu, tapi tak ada respon dari pencuri itu. Arbi tak merasa menyesal membiarkan pencuri itu mengambil Hpnya meski bisa saja dia datang ke tempat pencuri itu bekerja untuk minta Hp dikembalikan. Akan tetapi, seringkali Arbi mengirim beberapa SMS tausiah kepada petugas cleaning service itu. Itulah salah satu tujuannya. Pesan moral yang ingin ia sampaikan.
Sejahat jahatnya orang, dia tetap memiliki hati yang mana dalam hati kecilnya itu tak bisa membohongi bahwa apa yang dia lakukan itu salah. Beban moral yang lebih berat saat ditawari charger dan dus Hp agar saat dia menjualnya pun bisa lebih tinggi harganya. Beban moral yang lebih berat daripada dikeroyok atau diadili. Memang kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan bagaimana pencuri itu, tak tahu apakah dia sadar dengan perbuatannya itu dan menjadi malu akan perbuatannya atau tak peduli. Mungkin kita sangat bersyukur bila pencuri itu cukup malu karena tau orang yang Hpnya dia curi begitu sering menyampaikan tausiah2 tulusnya. Dan kalaupun tidak adanya kesadaran petugas itu, tak masalah semua perlu proses.
“Step by Step”
Di tulisan ini, saya tidak akan menyimpulkan bagaimana seharusnya dalam menanggapi kasus-kasus itu, apakah seperti yang dilakukan Arbi atau seperti contoh-contoh lain pada umumnya. Setiap orang memiliki pertimbangan sendiri, memiliki keputusan tersendiri untuk mengambil langkah dalam hidupnya. Keputusan sekecil apapun. Langkah yang diambil berdasarkan tujuan kedepannya. Berdasarkan pelajaran moral yang akan kita sampaikan dan pelajaran moral yang akan kita dapatkan.
Di Hp Arbi yang diambil itu, telah di setting (lupa nama settingannya, hehe) hingga Arbi tahu aktivitas yang dilakukan di Hp itu misalnya saat pencuri itu ngisi pulsa atau ganti kartu. Dan seringkalli laporan masuk berupa SMS ke nomor Hp Arbi yang Arbi pegang, Arbi memberi nama nomor pencuri itu di phonebooknya hingga saat ada sms berupa laporan itu terlihat di layar Hpnya “Pencuri Hp Arbi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar